JAKARTA, GoBrand - Harapan baru terbuka bagi pasien penyakit jantung di Indonesia. Berbagai inovasi medis terkini dipaparkan dalam Primaya Cardiovascular Conference 2025 bertema “Beat for Life, Love Your Heart”, yang menghadirkan pakar kardiovaskular nasional dan internasional.
Penyakit jantung masih menjadi ancaman terbesar kesehatan global. Data WHO (2023) mencatat lebih dari 17 juta kematian per tahun, sementara di Indonesia jumlahnya mencapai 651 ribu jiwa. Kondisi ini mendorong perlunya peningkatan layanan dan adopsi teknologi mutakhir dalam terapi kardiovaskular.
“Dengan teknologi terbaru, pasien tidak hanya mendapatkan terapi lebih efektif, tetapi juga lebih aman dan berpusat pada kebutuhan pasien. Namun, edukasi dan pencegahan tetap sama berharganya dengan terapi mutakhir,” ujar dr. Esther Ramono, Chief Medical Officer Primaya Hospital Group, Selasa (23/9/2025).
Salah satu terobosan yang disorot adalah Pulse Field Ablation (PFA). “PFA lebih selektif dibanding ablasi berbasis panas, sehingga lebih aman terhadap esofagus dan saraf. Data ADVENT trial membuktikan efektivitas sekaligus keamanannya,” jelas Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K) dari Primaya Hospital Kelapa Gading.
Teknik lain adalah Precision PCI, yang memungkinkan intervensi koroner dilakukan secara personal dengan dukungan imaging intravaskular. “Pendekatan presisi ini meningkatkan keberhasilan, keamanan, serta kualitas hidup pasien,” tambah dr. Bambang Budiono, SpJP(K) dari Primaya Hospital Makassar.
Era baru juga hadir lewat Drug-Coated Balloon (DCB). “DCB lebih sederhana, tidak meninggalkan logam, dan risiko perdarahan lebih rendah dibanding stent,” ungkap dr. Rony M. Santoso, SpJP(K) dari Primaya Hospital Tangerang.
Untuk kasus kompleks, dr. Isman Firdaus, SpJP(K) menyoroti kemajuan CTO PCI. Menurutnya, imaging modern dan teknik recanalization membuat tingkat keberhasilan membuka sumbatan kronis kini jauh lebih tinggi.
Sementara itu, dr. Robert Edward Saragih, SpJP(K) menekankan pentingnya PCI dini pada kasus darurat. “Intervensi cepat sangat krusial untuk mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut,” tegasnya.
Terobosan lain datang dari operasi bypass. “CABG minimal invasif dengan teknik ERAS terbukti menurunkan risiko kematian jangka panjang sekaligus mempercepat pemulihan pasien,” ujar dr. Jayarasti Kusumanegara, SpBTKV dari Primaya Hospital Makassar.
Meski teknologi kardiovaskular terus berkembang, edukasi masyarakat tetap menjadi prioritas. “Sebagus apapun teknologi, pencegahan dan deteksi dini tetap nomor satu. Generasi muda harus lebih sadar akan gaya hidup sehat, olahraga, dan pemeriksaan rutin,” pungkas dr. Esther.
Melalui konferensi ini, Primaya Hospital berharap dapat memperkuat kolaborasi lintas disiplin serta meningkatkan kesadaran publik demi menekan angka kematian akibat penyakit jantung di Indonesia.
Editor : Redaksi